Dermatitis Kontak Alergik : Gejala, ICD 10 dan Pengobatan
|
Definisi
Dermatitis kontak alergik (DKA) adalah reaksi peradangan kulit imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen (fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu. Bila terjadi pajanan ulang dengan allergen yang sama atau serupa, periode hingga terjadinya gejala klinis umumnya 24-48 jam (fase elisitasi). Alergen paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da. Dermatitis Kontak Alergik terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen derajat pajananm dan luasnya penetrasi di kulit. (Kode ICD X Dermatitis Kontak Alergik : L23)
Keluhan
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan. Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga
Faktor Risiko
- Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan alergen.
- Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
- Riwayat dermatitis atopic atau riwayat atopi diri dan keluarga
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis DKA yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di ketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan seterusnya. Faktor Predisposisi Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang bersifat alergen.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
Diagnosis Klinis Dermatitis Kontak Alergik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
Komplikasi
Infeksi sekunder.
Pengobatan Dermatitis Kontak Alergik
a. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
- Topikal (2x sehari) Pelembab krim hidrofilik urea 10%. Kortikosteroid Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%). Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).nPada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
- Oral sistemik Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu, atau Loratadine 1×10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
b. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko penyebab DKA, menghindari bahan-bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat bekerja.
Konseling dan Edukasi
- Konseling untuk menghindari bahan alergen di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
- Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot.
- Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.
Prognosis DKA
Prognosis pasien dengan penyakit dermatitis kontak alergik pada umumnya bonam, sedangkan quo ad sanationam adalah dubia ad malam (bila sulit menghindari kontak dan dapat menjadi kronis)