Batu Ginjal : Makalah/Referat Mendalam
|
Pendahuluan
Kemajuan dalam bidang endourologi secara drastis telah mengubah tatalaksana pasien batu ginjal simtomatik yang membutuhkan operasi terbuka. Perkembangan terapi invasif minimal mutakhir, yaitu retrograde uteroscopic intrarenal surgery (RIRS), percutaneus nephrolithotomy (PNL), uteroskopi (URS) dan extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) telah memicu kontroversi mengenai tekhnik mana yang paling efektif. Dalam memilih pendekatan terapi optimal untuk pasien batu ginjal, berbagai faktor harus dipertimbangkan.
Faktor faktor tersebut adalah faktor batu ginjal (ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi uretero-pelvic junction, divertikel kaliks dan ginjal tapal kuda), serta faktor pasien (infeksi, obesitas, deformitas habitus tubuh, koagulopati, riwayat gagal ginjal, dsb).
1. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ saluran kemih yang terletak retroperitoneal bagian yang berjumlah 2 buah, sebelah dorsal cavum abdominale,terletak dari T12-L3 dan pada posisi berdiri letak ginjal kanan lebih rendah karena terdesak oleh hepar. Ginjal dengan berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155 gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm.
2. Proses Terbentuk Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk pada tempat dimana sering mengalami hambatan aliran urine. Batu ginjal terdiri dari kristal kristal yang tersusun oleh bahan bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal kristal tersebut tetap dalam keadaan terlarut dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk batu yang kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan bahan lain hingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh untuk menyebabkan sumbatan. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih dan kemudian dari sini terjadi pengendapan pada agregat untuk membentuk batu yang cukup besar untuk menyebaban obstruksi.
Komposisi batu
· Batu Kalsium
· Batu asam urat
Asam urat adalah hasil metabolisme dari purin. Asam urat 100x lebih larut dalam pH > 6 dibanding pad pH<5,5. Faktor predisposisi terutama adalah suasana asam yang berlebihan dalam tubuh (asidosis) pH< 6, dehydrasi dimana urine < 2 liter/hari. Hasil metabolisme purin ini akan mengalami presipitasi pda tubulus renalis dan menyebabkan batu asam urat. Batu asam urat menempati persentasi sekitar 5-10% dari keseluruhan batu saluran kemih. 75-80 % adalah asam urat murini sisanya adalah campuran dengan kalsium oksalat. Pada pemeriksaan PIV batu ini bersifat radiolusen sehingga tampak sebagai bayangan filling defect dan harus dibedakan dengan bekuan darah dsb.
· Batu struvit
Disebabkan oleh infeksi dari organisme yang memproduksi urease yang mampu metubah urin menjadi suasan basa seperti proteus mirabilis (paling banyak) diikuti oleh Klebsiella, Enterobacter atau Pseudomonas. Suasana basa ini memudahkan magnesium, amonium, fosfat, karbonat untuk membentuk batu magnesium fosfat dan karbonat apatit.
· Batu cystine
Batu sistin dibentuk pada pasien dengan kelainan kongenital yaitu adanya defek pada gen yang mentransport cystein atau gangguan asbsorbsi sistin pada mukosa usus.
3. Batu ginjal dan Manifestasi Klinis
Batu ginjal terbentuk pada tubulus ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum , pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal atau yang menempati sebagian besar tubulus collecting memberi gambaran menyerupai tanduk rusa dan disebut “batu staghorn” dan batu yang terdapat pada tempat lain di luar definisi ‘staghorn” dapat disebut “batu non staghorn”. Batu staghorn dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu partial (sebagian tubulus collecting) dan complete (seluruh tubulus collecting).
Gejala klinis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung posisi, besar batu ginjal dan penyulit yang ditimbulkan. Keluhan yang paling sering dirasakan pasien adalah nyeri pinggang yang bersifat kolik maupun non kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kaliks dalam usaha untuk mengeluarkan batu. Peningkatan peristaltik ini menyebabkan tekanana intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
4. Penatalaksanaan batu ginjal
Secara umum penatalaksanaan batu ginjal dapat dibagi dalam beberapa cara yaitu :
· Medikamentosa
Pada dasarnya penatalaksanaan batu saluran kemih secara farmakologis meliputi dua aspek:
- Menghilangkan rasa nyeri/kolik yang timbul akibat adanya batu ginjal, dan
- Menangani batu yang terbentuk, yaitu dengan meluruhkan batu dan juga mencegah terbentuknya batu lebih lanjut (atau dapat juga sebagai pencegahan/profilaksis)
Panduan khusus dalam menatalaksana batu saluran kemih:
1. Pasien dengan dehidrasi harus tetap mendapat asupan cairan yang adekuat
Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama 10-14 hari, apabila terapi ini gagal (batu tidak keluar) maka pasien harus dikonsultasikan lebih lanjut pada urologis.
Di bawah ini adalah obat yang dapat digunakan untuk menatalaksana batu saluran kemih :
1.Opioid analgesik, berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri. Dapat digunakan kombinasi obat (seperti oxycodone dan acetaminophen) untuk menghilangkan rasa nyeri sedang sampai berat. Hanya jika diperlukan (prn= pro re nata)
- Morphine sulphate 2-5 mg IV setiap 15 menit jika diperlukan (jika RR<16 x/menit dan sistolik < 100 mmHg), atau
- Oxycodone dan acetaminophen 1-2 tablet/kapsul PO setiap 4-6 jam jika diperlukan, atau
- Hydrocodone dan acetaminophen 1-2 tablet/kapsul PO setiap 4-6 jam jika diperlukan.
2. Obat antiinflamasi non-steroid, bekerja dengan menghambat aktivitas COX yang bertanggung jawab dalam sintesis prostaglandin (PGD) sebagai mediator nyeri. Bermanfaat dalam mengatasi kolik ginjal.
- Ketorolac 30 mg IV (15 mg jika usia >65 tahun, gangguan fungsi ginjal atau BB <50 kg) diikuti dosis 15 mg IV setiap 6 jam jika diperlukan. Dianjurkan untuk tidak digunakan melebihi 5 hari karena kemungkinan tukak lambung.
- Ibuprofen 600-800 mg PO setiap 8 jam.
- Kortikosteroid, merupakan agen antiinflamatorik yang dapat menekan peradangan di ureter. Juga memiliki efek imunosupresif.
- Prednisone 10 mg PO dua kali sehari. Penggunaan prednisone dibatasi tidak boleh melebihi 5-10 hari.
4.Calcium channel blockers, merupakan obat yang mengganggu konduksi ion Ca2+ pada kanal kalsium sehingga menghambat kontraksi otot polos.
- Nifedipine 30 mg/hari PO extended release cap
- Alpha blocker, merupakan antagonis dari reseptor α1-adrenergic. Dalam keadaan normal reseptor α1-adrenergic merupakan bagian dari protein berpasangan protein G (G protein-coupled receptor). Protein ini berfungsi dalam signaling dan aktivasi protein kinase C yang memfosforilasi berbagai protein lainnya. Salah satu efeknya adalah konstriksi otot polos; dengan adanya alpha blockers maka konstriksi otot polos (pada saluran kemih) tersebut dihambat.
- Tamsulosine 0.4 mg tablet PO setiap hari selama 10 hari. Tamsulosin merupakan alpha-1 blocker yang digunakan untuk memudahkan keluarnya batu saluran kemih.
- Terazosin 4 mg PO setiap hari selama 10 hari.
6.Obat urikosurik, merupakan obat yang menghambat nefropati dan pembentukan kalkulus oksalat.
- Allopurinol 100-300 mg PO setiap hari. Allopurinol merupakan obat yang menghambat enzim xantin oksidase, suatu enzim yang mengubah hipoxantin menjadi asam urat.
7. Agen alkalis
- Potassium citrate 30-90 mEq/hari PO dibagi menjadi 3-4 kali sehari, dimakan bersama makanan.
- Diuretic
- Thiazide, hidroklorothiazide 25-50 mg perhari.
· PNL (Percutaneous Nephro Lithotomy)
Nefrolitotomy perkutan atau PNL adalah suatu tekhnik untuk mengeluarkan batu ginjal atau batu pada ureter bagian atas yang berukuran sedang sampai besar dari saluran kemih melalui suatu alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit.
Standard PNL
Nefrolithotomy perkutan dilakukan dengan anestesi umum dan biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam untuk pengerjaannya. Insisi dibuat sepanjang 1 – 1,5 cm pada area flank, pada sisi atas ginjal yang terdapat batu. Sebuah tabung dimasukkan melalui insisi yang telah dibuat dengan bimbingan X-Ray. Sebuah nephroscope kemudian dimasukkan melalui tabung untuk mencari batu, menghancurkannya menjadi fragmen-fragmen kecil dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Litotriptor dapat digunakan untuk memecah batu sebelum dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Persiapan Pra Percutaneous Nefro Lithotomy
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan darah lengkap
- EKG
- Tes metabolik
- Tes urin
- Tes pembekuan darah dan masa pendarahan
(B) Selama nephrolitotomy percutaneous, ahli bedah memasukkan jarum melalui
Komplikasi
- Perdarahan
- Infeksi
- Gagal mengangkat batu
- Fistula arteriovenosus
- Kerusakan organ atau jaringan sekitar tempat insisi
· ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau pemasukan alat kedalam tubuh pasien. Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti diluar tubuh, sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki arti penghancuran batu ginjal dan saluran kemih menjadi fragmen-fragmen kecil dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave)yang ditransmisi dari luar tubuh.
Indikasi:
- Batu ginjal berukuran dari 5 mm – 20 mm. Batu yang berukuran lebih besar kadang memerlukan pemasangan stent (sejenis selang kecil) sebelum tindakan ESWL untuk memperlancar aliran air seni.
- Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.
- Fungsi ginjal masih baik.
- Tidak ada sumbatan distal dari batu seperti tidak ada jaringan plam ureter yang dapat mencegah mengalirkan pecahan batu keluar melalui urinearut d
- Tidak ada kelainan perdarahan,pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin harus dihentikan minimal 1 minggu sebelum ESWL
- Tidak sedang hamil.
- Tidak ada infeksi ginjal, UTI atau keganasan pada ginjal yang akan menyebabkan tidak seluruh pecahan batu dpat keluar dari ginjal
- Tidak ada structure yang abnormal dari ginjal (anatomi dari tubulus collecting baik)
Prosedur ESWL
- Pasien diposisikan diatas meja datar lithotripter.
- Lokasi batu diisolasi dengan menggunakan USG atau fluoroscopy. Hal ini juga membantu melacak pergerakan batu selama prosedur dilakukan.
- Sebuah stent ureter dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih kemudian ke ureter untuk membantu mengeluarkan pecahan batu dan menghindari obstruksi.
- Prosedur ESWL ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 jam meskipun litothripsynya hanya memakan waktu 20-30 menit.
Setelah ESWL, pecahan dari batu ginjal biasanya keluar melalui urine untuk beberapa hari dan menyebabkan sedikit nyeri. Mesin ESWL ada yang low energy dan high energy. Low energy menyebabkan efek samping yang ringan namun dibutuhkan lebih banyak treatments sebelum batu dipecahkan menjadi bagian bagian kecil. 9 dari 10 pasien yang memiliki batu ginjal <10 mm dan dilakuakn ESWL tidak banyak menyisakan gejala.
Komplikasi ESWL :
- Nyeri yang disebabkan keluarnya pecahan batu melalui urine
- Terhambatnya aliran urine sebagai akibat pecahan batu yang tidak dapat keluar. Pecahan pecahan ini mungkin dapat dikeluarkan dengan uteroscope
- UTI
- Pendarahan / hematuria
ESWL kurang memuaskan untuk treatment pada batu systine, jenis batu ini tidak dapat dipecah dengan sempurna dengan ESWL.
· Open Nephrolithotomy atau Open Pyelolithotomy
Open nephrolithotomy adalah mengambil atau mengeluarkan batu ginjal dari ginjal dan open pyelolithotomy adalah mengeluarkan batu dari pelvis ginjal. Kedua operasi ini dilakukan dengan incisi 10-15 cm pada daera flank area (yaitu pada sisi tubuh antara costa dan panggul) yang dapat memperlihatkan letak batu.
Komplikasi
- Perdarahan
- Striktur ureter
Hal ini dapat terjadi jika operasi juga melibatkan incisi pada ureter
Penatalaksanaan di atas adalah penatalaksanaan batu ginjal secara umum. Penatalaksanaan batu ginjal juga dapat dibagi menjadi staghorn dan non staghorn.
· Penatalaksaan batu ginjal non staghorn
a. Ukuran Batu < 20 mm
Stone free rate
Secara umum, yang dimaksud dengan stone free rate adalah persentase pasien tanpa sisa batu pasca prosedur. Khusus untuk ESWL, pengertian stone free rate ini bisa berupa tidak adanya sisa batu ataupun adanya sisa/ fragmen batu yang tidak signifikan secara klinis (clinically insignificant fragment = CIRF). Belum ada keseragaman dalam menentukan CIRF sampai saat ini, secara umum literatur menggunakan pada sisa/ fragmen berukuran kurang 2-5 mm, tidak ada infeksi saluran kemih dan tidak ada keluhan pada pasien yang dievaluasi tiga bulan setelah penembakan.
b. Ukuran Batu > 20 mm
Beberapa modalitas terapi dapat digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal > 20 mm, yaitu:
- ESWL ± pemasangan stent
- PNL
- Terapi kombinasi (PNL + ESWL)
- Operasi terbuka
Stone free rate
Secara keseluruhan, stone free rate untuk batu 20-30 mm dengan ESWL lebih rendah dibandingkan pada batu < 20 mm (rentang 33%-65%). Stone free rate PNL pada batu berukuran 20-30 mm mencapai 90%. Beberapa faktor menjadi pertimbangan dalam pemilihan ESWL untuk batu berukuran > 20 mm:
· Lokasi batu
Batu ginjal yang terletak di kaliks inferior mempunyai stone free rate yang rendah dibanding batu yang terdapat di lokasi lain, stone free rate paling tinggi dijumpai pada batu di pielum. PNL merupakan pilihan pada batu di kaliks inferior yang berukuran > 15 mm.
· Total stone burden
Tidak ada batasan yang pasti mengenai ukuran batu ginjal tetapi ukuran 40 x 30 mm dapat dipakai sebagai pedoman. Monoterapi ESWL (dengan pemasangan stent) mempunyai stone free rate 85% jika batu berukuran < 40 x 30 mm setelah 3 bulan penembakan. Angka ini turun menjadi 43% pada batu berukuran > 40 x 30 mm. Dengan terapi kombinasi (PNL dan ESWL), stone free rate mencapai 71%-96% pada batu > 40 x 30 mm, dengan morbiditas dan komplikasi yang kecil. Keberhasilan lebih tinggi jika ESWL dilakukan setelah PNL.
· Kondisi ginjal kontralateral
Jika kondisi ginjal kontralateral yang buruk atau pada ginjal soliter, ESWL monoterapi merupakan alternatif pertama karena efeknya yang lebih ringan dibanding terapi PNL atau kombinasi.
· Komposisi dan kekerasan batu
ESWL memberikan hasil yang cukup baik pada batu kalsium atau struvite. Sekitar 1% batu mengandung sistin, tiga perempatnya berukuran kurang dari 25 mm. Batu sistin besar memerlukan penembakan tambahan hingga 66% kasus. Pada batu sistin, khususnya yang berukuran > 15 mm, terapi dengan PNL atau kombinasi PNL dan ESWL lebih efektif ketimbang ESWL yang berulang kali.
· Penatalaksanaan Batu Staghorn
Modalitas terapi untuk batu Staghorn adalah:
· PNL monoterapi
· Kombinasi PNL dan ESWL
· ESWL monoterapi
· Operasi terbuka
· Kombinasi operasi terbuka dan ESWL
Stone Free Rate
Secara keseluruhan, stone free rate setelah terapi paling tinggi pada PNL (78%) dan paling rendah pada SWL (54%). Pada terapi kombinasi (PNL dan SWL), stone free rate lebih rendah jika SWL dilakukan terakhir (66%) dan dapat menjadi 81% jika dilakukan PNL-ESWL-PNL. Pada operasi terbuka, stone free rate berkisar antara 71%-82%. Angka ini lebih rendah jika batunya lebih kompleks.
KESIMPULAN
- Ginjal terletak retroperitoneal dari T12-L3 dan terdiri dari cortex dan medula
- Nefron adalah unit terkecil penyusun ginjal yang terdiri dari glomerolus, kapsula bowman, tubulus kontortus distal, ansa henle, tubulus kontortus proksimal dan tubulus collecting.
- Batu ginjal nterbentuk dari endapan kristal kristal pada uroepitelium dan kemudian menumpuk dan membentuk batu ginjal yang komposisinya dapat berupa batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan batu systein.
- Gejala klinis batu ginjal terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga hematuria
- Penatalaksanaan batu ginjal dapat berupa medikamentosa, ESWL, PNL ataupun operasi terbuka
- Medikamentosa dapat berupa pemberian NSAID, serta MET (Medical Expulsive Therapy)
- ESWL adalah metode non invasive untuk penatalaksanaan batu ginjal dengan menggunakan gelombang untuk menghancukan batu ginjal menjadi pecahan pecahan kecil yang akan keluar melalui urin
- Percutaneus Nephrolithotomy adalah prosedur less invasive penanganan batu ginjal dengan melakukan incisi perkutan pada kulit dan menggunakan nephroscope untuk mencari dan menghancurkan batu menjadi pecahan pecahan kecil
- Operasi terbuka dilakukan pada kasus kasus dengan komplikasi atau kasus dengan infeksi berulang dan menyebabkan obstruksi ataupun batu yang sulit diambil dengan prosedur less dan non invasive.
DAFTAR PUSTAKA
American Urological Association. 2005. Kidney Stone. Jurnal 2005. http://search2.auanet.org
Makasi infonya……
Saya siap mendonorkan ginjal saya,
ZAHRA, 21 th, Wanita, TB: 158 Cm, BB: 48
Kg, Golongan Darah: A+,. solo.
Tidak Merokok, No Alcoholic,
No Narkoba, bebas dari penyakit kelamin /
sejenis (sehat jasmani n rohani, Ada Hasil
Test Kesehatan (Lab.)
terbaru, creatinin 0, 7 (bagus) 085602136860
email : azaliazahra4@gmail.com
postingan yang bermanfaat,,info nya lengkap,,,